KOMPARASI
SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
ANTARA
BUKU PELAJARAN DENGAN FILM MURUDEKA 17805
Sejarah adalah sebuah
rangkaian peristiwa yang terjadi di masa lampau yang disusun berdasar
peninggalan dan bukti peristiwa itu sendiri. Seperti yang kita ketahui sumber
sejarah pun berbagai macam, ada yang berdasar dari artefak, prasasti, bukti
fisik, riset maupun cerita turun-temurun yang dijabarkan oleh si saksi sejarah
itu sendiri. Sama halnya dengan sejarah yang ada di dalam buku pelajaran dan
film Murudeka ini yang khususnya membahas mengenai kependudukan jepang di Indonesia,
secara garis besar dari rangkaian sejarah di dalamnya mungkin dapat kita sebut relatif
sama, tapi tidak sedikit pula perbedaan-perbedaan yang ada di dalam keduanya,
hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang dimiliki antara si
penulis buku dan sutradara film.
Pada buku pelajaran masa pendudukan Jepang diawali dari perang dunia II yang membuat
Jepang terlibat dalam pertempuran dan bergabung dengan blok Fasis, yaitu Jerman
dan Italia. Mereka berhadapan dengan blok sekutu, diantaranya adalah Soviet,
Inggris, Perancis, Belanda, dan Amerika Serikat. Jepang mengikuti perang dunia II dikarenakan semangat
restorasi Meiji yang mendorong Jepang menjadi negara industri kapitalis,
sehingga mereka membutuhkan bahan baku, buruh murah, dan tempat pemasaran. Apalagi
setelah kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 membuat semangat Jepang dan menumbuhkan kepercayaan
diri Jepang bahwa mereka mampu memenangkan pertempuran melawan bangsa Barat.
Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus ikut dalam
pertempuran dunia untuk mempermudah mendapatkan kekuasaan.
Pada
awal pertempuran, Jepang berhasil menguasai pertempuran di Asia Timur Raya di
kawasan pasifik, melalui serangan cepat di Pearl Harbour. Serangan tersebut
membuat Jepang menguasai kawasan itu, termasuk Indonesia. Belanda yang sedang
menguasai Indonesia, kemudian menyerahkan kekuasaan kepada Jepang di Kalijati
tanggal 8 Maret 1942. Setahap demi setahap, bangsa Jepang berhasil menguasai
Indonesia dan mengkampanyekan berbagai propaganda.
Jepang
mempropagandakan sebagai saudara tua bangsa Indonesia untuk memikat hati rakyat
Indonesia. Mereka bertujuan memenangkan pertempuran dunia terutama di kawasan
pasifik dengan merekrut anggota dari rakyat indonesia. Mereka mempropagandakan
bahwa pada masa pemerintahannya, bangsa Indonesia akan mendapatkan kejayaan,
dan kemerdekaan. Jepang sebagai saudara tua akan membantu Indonesia mencapai
kemerdekaan. Mereka juga menyatakan Pan Asia, yaitu persatuan seluruh Asia di
bawah pimpinan negara Jepang. Untuk mencapai tujuan tersebut, Jepang membentuk
pemerintahan militer dan pemerintahan sipil melalui berbagai program.
Berikut
merupakan propaganda pemerintah militer Jepang (Dai Nippon) berdasarkan UU no 2 tanggal 8 September 1942:
· Menganggap
Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko
Ichi-u)
·
Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan
Jepang pelindung Asia)
·
Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa
pelajar.
·
Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
·
Menarik simpati organisasi Islam Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI).
·
Melancarkan politik dumping
· Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional
seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta
serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh-tokoh tersebut dari
penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga
melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama
seperti berikut:
·
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum
Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk
mengabdi kepada Jepang.
·
Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi
sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian
wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah
yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini
diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3
daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah
penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah
Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
·
Daerah bagian tengah meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh
tentara keenambelas dengan kantor pusat di Batavia (Jakarta).
·
Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di
Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
·
Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi,
Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan
pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas,
pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam birokrasi
pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat
pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
·
Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan
Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas
dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
·
Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera
dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua
puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
·
Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang
(Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu
dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer
sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Masa
kependudukan jepang di Indonesia pun juga memberi dampak yang sangat besar di
berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan sosial budaya. Berikut adalah
dampak tersebut baik negatif maupun positif nya.
Dampak Positif Pendudukan Jepang
a. Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa
komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai
bahasa nasional.
b. Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang
bertujuan untuk kepentingan bersama.
c. Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun,
dan SLTA
d. Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah
yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
e. Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok
tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
f.
Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
g. Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai
pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya, namun oleh pemuda
hal ini dijadikan modal untuk berperang.
h. Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon sentris dan
diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
Dampak
Negatif Pendudukan Jepang
a.
Penghapusan semua organisasi politik
b.
Romusha
(kerja paksa)
c. Krisis ekonomi yang sangat parah : hal ini dikarenakan
dengan disalurkannya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan
terjadinya inflasi.
d. Terputusnya hubungan antar daerah
e. Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen,
semuanya dibawah pengawasan Jepang.
f.
Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi yang parah seperti
perampokan, pemerkosaan (banyak gadis pribumi yang diculik untuk melayani
kebutuhan biologis tentara Jepang; mereka disebut jugun ianfu) dan lain-lain.
g. Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris
yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
h. Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat
pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
Rangkaian sejarah yang
terdapat pada buku pelajaran itu pun cukup berbeda dengan peristiwa sejarah
yang di sampaikan dengan media film Murudeka 17805. Film Murudeka sendiri
adalah film berjenis drama peperangan yang di produksi oleh hasil kerjasama
Jepang dan Indonesia, di rilis pada tahun 2001. Film ini menuai berbagai
kontroversi terutama dikarenakan ada adegan di sebuah desa seorang nenek-nenek
yang tua renta mencium kaki tentara jepang sambal bercerita mengenai ramalan
jayabaya. Karena berbagaimacam kontroversi akhirnya film ini tidak
diserbarluaskan di Indonesia.
Pertama-tama film ini
bercerita tentang pendaratan tentara jepang di pulau jawa pada tahun 1942. Di
tepi laut tentara belanda pun berusaha untuk mempertahankan daerahnya namun
jepang berhasil memukul mundur. Setelah melakukan perjalanan, sampailah pasukan
tentara jepang itu di sebuah desa, namun anehnya bukan disambut dengan
perlawanan, masyaraat desa di Jawa tersebut malah bahagia karena menurut mereka
kedatangan bangsa jepang merupakan perwujudan dari ramalan jayabaya yang
mengungkapkan bahwa aka nada orang-orang kate berkulit kuning yang akan
melepaskan Indonesia dari jajahan belanda. Disinilah scene yang kontroversial
itu terjadi saat nenek-nenek mencium kaki kapten dari pasukan jepang.
Untuk mencegah perang
besar yang akan memakan korban besar, Kapten Kataoka menyarankan kepada
Shimazaki untuk menyusup ke Benteng Bandung yang menjadi markas besar terakhir
Belanda sekaligus markas gabungan tentara Blok Sekutu (Inggris, AS, Australia)
untuk meminta penyerahan tanpa syarat mereka kepada Tentara Kekaisaran Jepang.
Walaupun sangat terkejut, Shimazaki menerima misi berbahaya dari Kapten Kataoka
tersebut dan menyusup ke Benteng Bandung bersama temannya, Yamana dengan
menyamar sebagai konvoi pasokan. Setelah melewati penjagaan dan pengepungan
oleh para serdadu benteng, dengan sukses dia berhasil meyakinkan Letnan
Jenderal Hein Ter Poorten, pemimpin pasukan Tentara Hindia Belanda saat itu,
untuk menyerah kepada Jepang untuk menghindari jatuhnya banyak korban oleh bom
Angkatan Udara Kekaisaran Jepang yang akan menghancurkan Bandung, dan akhirnya
Indonesia pun secara resmi menjadi wilayah pendudukan Jepang.
Scene
dilanjutkan dengan perjalanan regu pimpinan Letnan Takeo Shimazaki dan Nobutaka
Miyata yang mendapat tugas menghimpun
tenaga muda lokal untuk dilatih sebagai tentara dalam kelompok bernama Shonen
Dojo alias Barisan Pemuda, di sana pemuda-pemuda Indonesia pilihan dilatih
kemiliteran untuk mempertahankan wilayahnya sendiri serta membantu jepang dalam
melawan sekutu dengan jargon “Sampai Mati!”. Selanjutnya PETA (Pembela Tana
Air) dibentuk, Barisan Pemuda atau Shonen Dojo ikut dilebur masuk kedalam PETA
dimana Shimazaki dan Miyata juga ditunjuk sebagai pelatih para calon tentara
lokal.
Keadaan
tiba-tiba berubah mendadak sewaktu Jepang mengumumkan kalah perang dan
Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Jepangpun ditarik pulang ke
tanah air mereka, tetapi beberapa diantara mereka menolak untuk pulang,
termasuk Shimazaki yang menganggap Indonesia tidak jauh beda dengan negerinya
sendiri. Ketika tentara sekutu datang untuk membantu Belanda mengakuisisi
kekuasaan Jepang di Indonesia, para mantan anggota PETA pun mendesak Shimazaki
untuk bergabung dengan barisan pemuda Indonesia, karena sudah lama Shimazaki
mengajari mereka tentang kemiliteran apalagi dengan jargon Sampai Mati yang
diajarkan pasukan jepang kepada pemuda-pemuda Indonesia, namun Shimazaki tidak
mau bergabung karena keloyalannya sebagai prajurit kekaisaran jepang. Pada
akhirnya di suatu malam, para pemuda pun pergi ke rumah Shimazaki dan
memaksanya memberi kunci gudang senjata, karena Indonesia tidak memiliki
persediaan senjata yang cukup. Awalnya Shimazaki kaget lalu Shimazaki pun
membiarkan para pemuda mengambi senjata jepang, setelah itu ia dan
rekan-rekannya akhirnya turut serta bergerilya membantu mantan anak didiknya di
PETA untuk melawan tentara sekutu.
Film
ini dibuat berdasarkan kisah nyata sekitar 2000 orang Jepang yang menolak
pulang ke tanah airnya ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada tahun 1945.
Sebanyak 1.500 orang diantaranya turut berjuang dan tewas berperang melawan
Belanda yang didukung sekutu pada masa perang kemerdekaan, 28 diantaranya
dimakamkan di TMP Kalibata.
Secara
garis besar film ini menonjolkan sisi lain dari sebuah sejarah bahwa
kemerdekaan Indonesia tak lepas dari pengaruh dan bantuan Jepang terhadap
Indonesia, sehingga film ini pun tak lulus sensor bahkan tak layak edar pada
masanya. Walaupun kebanyakan orang menganggap film ini kontroversial, menurut
saya film ini justru sangat lah bagus. Kebanyakan pemuda sekarang, terlalu
bangga dan mengagung-agungkan kemenangan serta kemerdekaan Indonesia, padahal
kalau di lihat dari sisi lain memang benar bahwa kemerdekaan Indonesia ini
tidak murni 100 persen dari usaha rakyatnya, melainkan ada bantuan dari
pihak-pihak lain. Seharusnya hal ini dapat menjadi motivasi bagi pemuda di
seluruh tanah air untuk belajar lebih giat, memperkuat kualitas bangsa,
memajukan bangsa dari berbagai aspek, dan menumbuhkan semangat berjuang mandiri
tidak dengan mengharapkan belas kasihan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa "Tinggalkan Komen Anda Di Sini ↓"