Sabtu, 17 Maret 2018

KOMPARASI SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA ANTARA BUKU PELAJARAN DENGAN FILM MURUDEKA 17805


KOMPARASI SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
ANTARA BUKU PELAJARAN DENGAN FILM MURUDEKA 17805

Sejarah adalah sebuah rangkaian peristiwa yang terjadi di masa lampau yang disusun berdasar peninggalan dan bukti peristiwa itu sendiri. Seperti yang kita ketahui sumber sejarah pun berbagai macam, ada yang berdasar dari artefak, prasasti, bukti fisik, riset maupun cerita turun-temurun yang dijabarkan oleh si saksi sejarah itu sendiri. Sama halnya dengan sejarah yang ada di dalam buku pelajaran dan film Murudeka ini yang khususnya membahas mengenai kependudukan jepang di Indonesia, secara garis besar dari rangkaian sejarah di dalamnya mungkin dapat kita sebut relatif sama, tapi tidak sedikit pula perbedaan-perbedaan yang ada di dalam keduanya, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang dimiliki antara si penulis buku dan sutradara film.
Pada buku pelajaran masa pendudukan Jepang diawali dari perang dunia II yang membuat Jepang terlibat dalam pertempuran dan bergabung dengan blok Fasis, yaitu Jerman dan Italia. Mereka berhadapan dengan blok sekutu, diantaranya adalah Soviet, Inggris, Perancis, Belanda, dan Amerika Serikat. Jepang mengikuti  perang dunia II dikarenakan semangat restorasi Meiji yang mendorong Jepang menjadi negara industri kapitalis, sehingga mereka membutuhkan bahan baku, buruh murah, dan tempat pemasaran. Apalagi setelah kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 membuat  semangat Jepang dan menumbuhkan kepercayaan diri Jepang bahwa mereka mampu memenangkan pertempuran melawan bangsa Barat. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus ikut dalam pertempuran dunia untuk mempermudah mendapatkan kekuasaan.
Pada awal pertempuran, Jepang berhasil menguasai pertempuran di Asia Timur Raya di kawasan pasifik, melalui serangan cepat di Pearl Harbour. Serangan tersebut membuat Jepang menguasai kawasan itu, termasuk Indonesia. Belanda yang sedang menguasai Indonesia, kemudian menyerahkan kekuasaan kepada Jepang di Kalijati tanggal 8 Maret 1942. Setahap demi setahap, bangsa Jepang berhasil menguasai Indonesia dan mengkampanyekan berbagai propaganda.

Jepang mempropagandakan sebagai saudara tua bangsa Indonesia untuk memikat hati rakyat Indonesia. Mereka bertujuan memenangkan pertempuran dunia terutama di kawasan pasifik dengan merekrut anggota dari rakyat indonesia. Mereka mempropagandakan bahwa pada masa pemerintahannya, bangsa Indonesia akan mendapatkan kejayaan, dan kemerdekaan. Jepang sebagai saudara tua akan membantu Indonesia mencapai kemerdekaan. Mereka juga menyatakan Pan Asia, yaitu persatuan seluruh Asia di bawah pimpinan negara Jepang. Untuk mencapai tujuan tersebut, Jepang membentuk pemerintahan militer dan pemerintahan sipil melalui berbagai program.

Berikut merupakan propaganda pemerintah militer Jepang (Dai Nippon) berdasarkan UU no 2 tanggal 8 September 1942:

·         Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichi-u)
·         Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung   Asia)
·         Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
·         Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
·         Menarik simpati organisasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).
·         Melancarkan politik dumping
·        Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno,   Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh-tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti berikut:
·         Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
·         Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
·         Daerah bagian tengah meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas dengan kantor pusat di Batavia (Jakarta).
·         Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
·         Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat. Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
·         Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
·         Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
·         Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.

            Masa kependudukan jepang di Indonesia pun juga memberi dampak yang sangat besar di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan sosial budaya. Berikut adalah dampak tersebut baik negatif maupun positif nya.

Dampak Positif Pendudukan Jepang
a.       Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
b.       Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
c.       Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA
d.       Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
e.       Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
f.        Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
g.       Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya, namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang.
h.       Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.

Dampak Negatif Pendudukan Jepang
a.       Penghapusan semua organisasi politik
b.       Romusha (kerja paksa)
c.       Krisis ekonomi yang sangat parah : hal ini dikarenakan dengan disalurkannya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
d.       Terputusnya hubungan antar daerah
e.       Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
f.        Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi yang parah seperti perampokan, pemerkosaan (banyak gadis pribumi yang diculik untuk melayani kebutuhan biologis tentara Jepang; mereka disebut jugun ianfu) dan lain-lain.
g.       Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
h.       Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

Rangkaian sejarah yang terdapat pada buku pelajaran itu pun cukup berbeda dengan peristiwa sejarah yang di sampaikan dengan media film Murudeka 17805. Film Murudeka sendiri adalah film berjenis drama peperangan yang di produksi oleh hasil kerjasama Jepang dan Indonesia, di rilis pada tahun 2001. Film ini menuai berbagai kontroversi terutama dikarenakan ada adegan di sebuah desa seorang nenek-nenek yang tua renta mencium kaki tentara jepang sambal bercerita mengenai ramalan jayabaya. Karena berbagaimacam kontroversi akhirnya film ini tidak diserbarluaskan di Indonesia.
Pertama-tama film ini bercerita tentang pendaratan tentara jepang di pulau jawa pada tahun 1942. Di tepi laut tentara belanda pun berusaha untuk mempertahankan daerahnya namun jepang berhasil memukul mundur. Setelah melakukan perjalanan, sampailah pasukan tentara jepang itu di sebuah desa, namun anehnya bukan disambut dengan perlawanan, masyaraat desa di Jawa tersebut malah bahagia karena menurut mereka kedatangan bangsa jepang merupakan perwujudan dari ramalan jayabaya yang mengungkapkan bahwa aka nada orang-orang kate berkulit kuning yang akan melepaskan Indonesia dari jajahan belanda. Disinilah scene yang kontroversial itu terjadi saat nenek-nenek mencium kaki kapten dari pasukan jepang.
Untuk mencegah perang besar yang akan memakan korban besar, Kapten Kataoka menyarankan kepada Shimazaki untuk menyusup ke Benteng Bandung yang menjadi markas besar terakhir Belanda sekaligus markas gabungan tentara Blok Sekutu (Inggris, AS, Australia) untuk meminta penyerahan tanpa syarat mereka kepada Tentara Kekaisaran Jepang. Walaupun sangat terkejut, Shimazaki menerima misi berbahaya dari Kapten Kataoka tersebut dan menyusup ke Benteng Bandung bersama temannya, Yamana dengan menyamar sebagai konvoi pasokan. Setelah melewati penjagaan dan pengepungan oleh para serdadu benteng, dengan sukses dia berhasil meyakinkan Letnan Jenderal Hein Ter Poorten, pemimpin pasukan Tentara Hindia Belanda saat itu, untuk menyerah kepada Jepang untuk menghindari jatuhnya banyak korban oleh bom Angkatan Udara Kekaisaran Jepang yang akan menghancurkan Bandung, dan akhirnya Indonesia pun secara resmi menjadi wilayah pendudukan Jepang.
Scene dilanjutkan dengan perjalanan regu pimpinan Letnan Takeo Shimazaki dan Nobutaka Miyata yang mendapat  tugas menghimpun tenaga muda lokal untuk dilatih sebagai tentara dalam kelompok bernama Shonen Dojo alias Barisan Pemuda, di sana pemuda-pemuda Indonesia pilihan dilatih kemiliteran untuk mempertahankan wilayahnya sendiri serta membantu jepang dalam melawan sekutu dengan jargon “Sampai Mati!”. Selanjutnya PETA (Pembela Tana Air) dibentuk, Barisan Pemuda atau Shonen Dojo ikut dilebur masuk kedalam PETA dimana Shimazaki dan Miyata juga ditunjuk sebagai pelatih para calon tentara lokal.
Keadaan tiba-tiba berubah mendadak sewaktu Jepang mengumumkan kalah perang dan Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Jepangpun ditarik pulang ke tanah air mereka, tetapi beberapa diantara mereka menolak untuk pulang, termasuk Shimazaki yang menganggap Indonesia tidak jauh beda dengan negerinya sendiri. Ketika tentara sekutu datang untuk membantu Belanda mengakuisisi kekuasaan Jepang di Indonesia, para mantan anggota PETA pun mendesak Shimazaki untuk bergabung dengan barisan pemuda Indonesia, karena sudah lama Shimazaki mengajari mereka tentang kemiliteran apalagi dengan jargon Sampai Mati yang diajarkan pasukan jepang kepada pemuda-pemuda Indonesia, namun Shimazaki tidak mau bergabung karena keloyalannya sebagai prajurit kekaisaran jepang. Pada akhirnya di suatu malam, para pemuda pun pergi ke rumah Shimazaki dan memaksanya memberi kunci gudang senjata, karena Indonesia tidak memiliki persediaan senjata yang cukup. Awalnya Shimazaki kaget lalu Shimazaki pun membiarkan para pemuda mengambi senjata jepang, setelah itu ia dan rekan-rekannya akhirnya turut serta bergerilya membantu mantan anak didiknya di PETA untuk melawan tentara sekutu.
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata sekitar 2000 orang Jepang yang menolak pulang ke tanah airnya ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada tahun 1945. Sebanyak 1.500 orang diantaranya turut berjuang dan tewas berperang melawan Belanda yang didukung sekutu pada masa perang kemerdekaan, 28 diantaranya dimakamkan di TMP Kalibata.
Secara garis besar film ini menonjolkan sisi lain dari sebuah sejarah bahwa kemerdekaan Indonesia tak lepas dari pengaruh dan bantuan Jepang terhadap Indonesia, sehingga film ini pun tak lulus sensor bahkan tak layak edar pada masanya. Walaupun kebanyakan orang menganggap film ini kontroversial, menurut saya film ini justru sangat lah bagus. Kebanyakan pemuda sekarang, terlalu bangga dan mengagung-agungkan kemenangan serta kemerdekaan Indonesia, padahal kalau di lihat dari sisi lain memang benar bahwa kemerdekaan Indonesia ini tidak murni 100 persen dari usaha rakyatnya, melainkan ada bantuan dari pihak-pihak lain. Seharusnya hal ini dapat menjadi motivasi bagi pemuda di seluruh tanah air untuk belajar lebih giat, memperkuat kualitas bangsa, memajukan bangsa dari berbagai aspek, dan menumbuhkan semangat berjuang mandiri tidak dengan mengharapkan belas kasihan orang lain.

Keyword: Resensi Film Murudeka 17805

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa "Tinggalkan Komen Anda Di Sini ↓"